Search

Selasa, 01 Juni 2010

Melihat Sekolah Serba Gratis di Teluk Melano

Agus Wahyuni
Borneo Tribune, Sambas

“Pendidikan Gratis” biasa kita dengar lewat iklan di televisi. Padahal kita tidak tahu, yang disebut gratis itu yang mana. Siswa masih dipungut biaya uang banguanan, buku dan tetek bengeknya.

“Perjuangkan Pendidikan Gratis” juga seringkali kita dengar setiap menjelang pemilihan kepala daerah, salah satu visinya itu. Padahal belum tentu bisa terlaksana.
Tapi “ Pendidikan Gratis” tanpa disuarakan dengan nyaring sekalipun, Malaysia sudah berbuat itu. Dan itu merata di seluruh daerah, termasuk daerah perbatasannya.
Seperti di daerah Teluk Melano, Malaysia, merupakan daerah berbatasan langsung dengan desa Temajuk, kecamatan Paloh, Sambas. Disana ada satu sekolah dasar. Bangunannya megah, berlantai empat, lengkap dengan asrama siswa dengan memiliki empat lantai juga. Bangunan itu berdiri berdampingan.
Saya berkesempatan menunjungi sekolah itu, dalam laporan perjalanan saya ke daerah perbatasan. Masyarakat Malaysia menyebutnya sempadan.

Dua bangunan megah berlantai empat berdiri gagah di daerah sempadan, Teluk Melano Malaysia. Itu adalah bangunan sekolah dasar yang didirikan kerajaan Malaysia, lima tahun lalu. Tujuannya agar anak - anak perbatasan Malaysia bisa menikmati pendidikan seperti daerah lainnya, menikmati pendidikan gratis lengkap dengan pelayanan fasilitas pendidikan.

Pada suatu kesempatan, Sabtu pekan lalu, saya berkunjung ke sekolah itu. Kebetulan saya mendapat undangan liputan dari mahasiswa perikanan Universitas Muhammadiyah Pontianak, di desa Temajuk, kecamatan Paloh. Lokasinya bersampingan dengan Teluk Melano, Malaysia. Daerah itu merupakan daerah perbatasan dua negara, hanya berjarak satu kilometer saja dari desa Temajuk.

Di sana saya diajak salat satu staf pengurus desa untuk jalan- jalan menikmati pemandangan daerah Teluk Melano. Mendadak saya terkesan dan terperangah. Ada dua bangunan berlantai empat dibangun berdampingan di lokasi itu. Ternyata bangunan itu adalah bangunan sekolah dasar untuk anak – anak perbatasan Malaysia.
“Sungguh mengesankan” gumanku. Bagaimana tidak, bangunan semegah itu, jangankan di desa Temajuk, ibukota Sambas sekalipun belum ada yang mampu mendirikan bangunan sekolah semegah itu.

Untuk mengobati rasa penasaran saya, di sana saja diketemukan dengan Jauhari. Ia salah satu guru agama Islam di sekolah itu, sejak sekolah itu difungsikan. Ia banyak bercerita tentang sekolahnya.

Dari ceritanya, sekolah ini sengaja dibangun oleh kerajaan Malaysia, untuk mencerdaskan anak- anak perbatasannya. Karena pendidikan bagi kerajaan Malaysia adalah yang utama.

Di sekolah ini , tidak saja bangunan yang megah, juga tersedia sarana dan prarsarana penunjang belajar. Seperti laboratorium komputer, internet, bahasa dan balai pelatihan wirausaha untuk siswa.

Khusus untuk lab pelatihan wirausaha, materi yang diajarkan, berupa service sepeda motor, service televisi, dan menggali potensi kekayaan alam yang ada untuk dijadikan barang jadi bernilai seni, seperti kerajinan tangan pengolahan kulit kerang menjadi pengias dinding dan meja. Jika dihitung sekolah itu ada 50 ruang kelas, terdiri ruang belajar, laboratorium, unit kegiatan sekolah, dan ruang guru.
Selain mengajarkan siswanya tentang ilmu pengetahuan, pihak sekolah tidak lupa menanamkan nilai-nilai keagamaan.

Setiap harinya, memasuki waktu sholat, siswa istirahat. Bahasa Malaysianya, rehat.
“ Bisa dibayangkan, materi belajar setingkat SD saja sudah diajarkan materi wirausaha, sementara di Indonesia, menikmati pendidikan wirausaha harus menempuh sekolah kejuruan, “ gumanku.
Tidak itu saja, kerajaan Malaysia memberlakukan bagi warganya wajib menyekolahkan anaknya. Jika tidak, orang tua bersangkutan akan dikenakan denda sekitar RM 1400 atau sekitar Rp 4 juta. Jadi tidak heran jika ada anak yang tidak ingin sekolah, orang tua selalu memaksa anaknya untuk bersekolah.

Adalah wajar jika kerajaan memberlakukan peraturan itu, mengingat sekolah yang disediakan semuanya tidak dipungtut biaa alias gratis.
Bahkan, setiap tahun, siswa disana diberi seragam sekolah, sepatu, buku, dan tas dengan cuma- cuma. Termasuk juga siswa disana ditanggung makan satu hari tiga kali. Juga disediakan tempat penginapan.

Tempat penginapan siswa selama menempuh belajar juga dibangun megah, dengan empat lantai juga, lengkap dengan tempat tidur tingkat dua. Disaana juga tersedia wc umum. Jika saya membandingkan, wc umum di sana sekelas dengan wc yang ada di mall kota Pontianak. Disana tersedia ruang makan dan ruang pertemuan yang luas, cukup menampung ratusan siswa. Di ruang itu terdapat dapur umum, ada enam pekerja yang membantu menyiapkan menu makan setiap harinya. Waktu makan, dimulai pagi hari , pukul 06.00. Siang pukul 12.00, dan malam pukul, 19.00.

“ Siswa disini semuanya terlayani, hanya buang air saja yang tidak dilayani,” celoteh Jauhari.

Kecuali hari Sabtu dan Minggu, siswa dizinkan pulang ke rumah masing –masing, untuk beristirahat bertemu keluarga di rumah. Senin, siswa masuk sekolah lagi, dan menginap lagi di asrama sekolah.

Belum sampai disitu, ada lagi yang membuat saya kaget. Ternyata siswa disana selain menjalankan pendidikan di sekolah, mereka setiap tahunnya diberi uang pembinaan dari pihak sekolah sebesar Rm 700 atau sekitar Rp 2 juta.
Jika bangunan sekolah megah nan lengkap segala fasilitas belajarnya, kira- kira berapa siswa yang bersekolah disini?

Jauhari berkata, “Tidak banyak, hanya 50 siswa saja, “ katanya. Disebabkan warga di sempadan Teluk Melano hanya berjumah sekitar 40 kepala keluarga. Dan tidak banyak warganya yang memiliki anak banyak.
“ Ini permasalahan yang dihadapinya saat ini, “ karena setiap tahunnya, jumlah siswa yang mendaftar terus berkurang,” katanya.

Berbeda dengan di desa Temajuk, sedikitnya berjumlah 467 kepala keluarga, di sana ada tiga bangunan sekolah dasar, satu sekolah menengah pertama (SMP) dan satu sekolah menengah atas (SMA) yang sedang dibangun. Tapi banyaknya sekolah di Temajuk, fisik bangunan sekolah tidak semegah di sekolah Teluk Melano.

Menariknya lagi pendidikan di Malaysia, ternyata tidak mengenal yang namanya Ujian Nasional (UN). Jauhari berkata, kerajaan Malaysia tidak menggunakan sistem UN. Siswa hanya cukup mengikuti pelajaran oleh guru. Jika sudah masanya selesai sekolah, siswa dinyatakan lulus. Kebijakan kerajaan tidak adanya UN diberlakkan seluruh tingkat sekolah, mulai sekolah dasarsampai sekolah menengah atas.
Kenapa bisa demikian?

Jauhari punya alasan. Ia membandingkan sistem pendidikan yang di Indonesia, ia mengetahuinya melalui media televisi, bahwa setiap siswa harus mengikuti UN untuk menyelesaikan sekolahnya. Nah, di Malaysia tidak.

Untuk menentukan keberhasilan mutu pendidikan tidak mesti harus melalui UN. Dari setiap materi pelajaran yang diberikan kepada siswa setiap harinya, sudah cukup membantu mengukur keberhasilan mutu pendidikan. Tentunya harus ditunjang dengan sarana dan prasarana sekolah yang baik.

Karena kerajaan menilai, tidak ada siswa yang tidak cerdas dan pintar jika bersekolah, kecuali anak yang tidak sekolah.
Baginya, UN bukan tolak ukur bagi siswa itu berhasil dalam menjalani proses belajar di sekolah. Bisa saja, ada siswa yang pintar selama di kelas, ketika mengikuti UN ia tidak lulus. Bukan karena ia kurang belajar, tetapi karena konsentrasinya sedang drop. Karena tidak selamanya siswa bisa konsentrasi menerima menyerap mata pelajaran yang diberikan.mungkin bisa saja siswa sedang sakit atau ada masalah lain di pribadi siswa, sehingga tidak bisa maksimal mengikuti UN.

Ia mencontohkan, seperti atlet sepak bola kelas dunia sekalipun, belum tentu bisa bermain bola di lapangan dengan baik setiap pertandingan. Pasti ada penampilannya yang buruk.

Pertanyaan terakhir saya sampaikan kepada Jauhari, berapa gaji bapak sebagau guru di sekolah ini. Ia menjabab, “ tak banyak, sekitar delapan juta sebulan, jika dirupiahkan, “ katanya.
“Waoww” saya tersentak kaget.
Kemudian saya berguman dalam hati,” kapan Indonesia seperti Malaysia. Kapan mewujudkan sekolah gratis sampai ke perbatasan. Kapan ya, kapan?,”
Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

1 komentar: on "Melihat Sekolah Serba Gratis di Teluk Melano"

faiz mengatakan...

menarik artikelnya...memang benar apa yang dikatakan En Jauhari itu. Saya adalah seorang pelajar Malaysia yang pada kini berumur 23 tahun. Semenjak di sekolah Tabika (taman bimbingan kanak-kanak/pra-sekolah) saya diberikan makanan gratis seperti biskut, minyak masak dan semua kelengkapan dapur..Ini kerana pemerintah memastikan setiap kanak-kanak yang didaftarkan bersekolah di Tabika mendapat makanan yang cukup dirumah..Melangkah ke sekolah rendah pula pelbagai nikmat yang kami perolehi daripada kejayaan pemerintahan..di sekolah rendah pemerintah mengadakan Rancangan Makanan Tambahan(RMT). RMT ini diberikan kepada semua pelajar yang berpendapatan sederhana dan miskin. Tujuan RMT diadakan bagi memastikan setiap pelajar mendapat sarapan gratis pada waktu pagi sebelum kelas bermula.Jadi sekitar jam 7.00pagi sebelum memasuki ke bilik darjah, pelajar harus ke kantin menikmati makanan yang disediakan. Ada roti, buah nasi, mee,ayam, dan lain-lain. menu ini setiap hari berbeza. Pelajar diberikan 1 kad RMT yang harus dibawa ke kantin dan diletakkan di dalam kotak yang disediakan..Pelajar yang gagal berbuat demikian akan didenda kerana gagal menikmati makanan yang disediakan..Banyak lagi yang diberikan pemerintah kepada pelajar seperti minuman susu gratis setiap minggu,buku teks dan buku tulis..kemudahan makmal komputer, taman permainan,pemeriksaan dan rawatan kesihatan, rawatan gigi dan banyak lagi gratis..di sekolah rendah pelajar dibiasakan dengan Persatuan-persatuan, sukan dan kerohanian.. selepas tamat waktu sekolah sekitar jam 1.15, pelajar harus menjalani kelas Fardhu Ain..kelas kerohanian bagi pelajar muslim selama 3 tahun. setiap tahun ada ujian Perkara Asas Fardhu Ain (PAFA).Kelas bermula jam 1.30 dan berakhir sekitar jam 4 petang

pada tingkat sekolah menengah juga kemudahan/fasiliti yang diberikan sama lebih dari sekolah rendah. Pelajar yang dari keluarga berpendapatan rendah diberika Laptop/komputer riba serta broadband gratis di bawah program 1 Malaysia. Di sekolah menengah kebiasaannya terdapat asrama/hostel yang disediakan kepada pelajar terutamanya pelajar yang rumahnya jarak jauh dari sekolah. di asrama dikenakan bayaran RM 3 ringgit untuk 1 bulan@ RM 45 untuk 1 tahun penginapan, bayaran tersebut amatlah murah kerana pelajar bisa menikmati pelbagai fasiliti di asrama termasuklah makanan gratis 5 kali sehari. di asrama akan diajar ilmu agama dan homework perlu disiapkan pada masa yang ditetapkan, oleh itu pelajar tidak dibenarkan sewenang wenangnya menyiapkan homework pada waktu lain.kebiasaannya pada jam 9 malam - 11 malam.

Pdi tingkat universiti pula pelajar diberikan yuran yang murah..bas kampus untuk ke fakulti gratis, Diberi baucer buku berjumlah RM250 setiapa semester.baucar buku ini digunakan untuk membeli peralatan kelengkapan belajar. Selain baucar buku, pelajar diberikan Kad diskaun Siswa 1 Malaysia. Kad ini digunakan oleh pelajar mendapatkan diskaun bagi pembelian peralatan harian serta makanan, kad diskaun ini boleh digunakan di kedai buku, kedai cermin mata,kaunter tiket, KFC, dan banyak lagi bagi mendapatkan diskaun setiap item yang dibeli

Pelajar juga diberikan Baucar ribet untuk telefon pintar yang berjumlah RM200. Jadi pelajar boleh menebus baucar ini dengan membeli telefon pintar/tablet untuk menikmati subsidi RM200 dari pemerintah

Posting Komentar