Search

Selasa, 01 Juni 2010

Berburu Ubur- Ubur di Pantai Terpanjang di Indoneisa

Agus Wahyuni
Borneo Tribune, Sambas

Jika kita ditanya, sungai apa yang terpanjang d Indonesia. Kita sepakat, jawabanya adalah sungai Kapuas, ada di Pontianak.
Lain pertanyaan, pantai apa yang terpanjang di Indonesia? Jawabannya bukan pasir panjang, di Singkawang, tapi pantai Temajuk, di desa Temajuk, kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas.

Merupakan sebuah kawasan perbatasan, antara Temajuk dan Telum Melano Malaysia, memiliki pantai berpasir putih memanjang menebar panorama pantai bagi yang pernah berkunjung ke sana. Kawasan itu merupakan kawasan yang berpotensi dikembangkan menjadi daerah wisata bahari, karena suanasanya masih alami,ditemani dengan deretan pohon cemara berbaris rapi di tempi pantai dengan deburan ombak besar menjilat pantai.

Belum lagi habitat penyu hijau yang bertelur pada musin tertentu, merupakan penyu langka yang ada di dunia. Sunguh menakjubkan.
Tapi sayang, di Temajuk, telur penyu sangat bebas diperdagangkan. Di sana banyak warga memburu telur penyu pada malam hari pada saat penyu bertelur. Hal itu disebabkan disana tidak ada pengawasan ketat, bagaimana sebenarnya telur penyu dilarang untuk diperdagangkan.

Terlepas dari itu semua. Pengunjung yang sudah menginjakkan kaki ke sana, mereka berdecak kagum, ternyata ada pantai yang lebih indah di banding pantai Kuta, Bali, yakni pantai Temajuk.Percaya atau tidak, silahkan saja berkunjung ke sana.
Eiit…tunggu dulu.. pengunjung harus bersiap – siap menerima resiko dan tantangan. Karena daerah tersebut masih terisolir, hanya bisa mengunakan kendaraan roda, itupun harus menempuh jalan di bibir pantai menempuh perjalanan sepanjang 90 kilometer atau selama dua jam perjalanan. Itupun tergantung air laut surut, pada pukul 05.00 -11.00 atau 17.00-19.00. Tinggal memilih waktu yang tepat bagi pengunjung yang ingin menikmati keindahan panorama pantai Temajuk .

Meskipun medan perjalanan yang panjang dan melelahkan, akan terasa ringan menikmati perjalanan sampai ke desa Temajuk. Apalagi jika anda sudah bertemu dengan masyarakat perbatasan desa Temajuk yang terkenal dengan ramahnya setiap ada tamu yang datang.
Di desa Temajuk memang tidak disediakan hotel atau tempat penginapan umum. Bagi pengunjung yang bertandang ke desa itu, biasanya nginap di rumah warga sekitar atau di rumah kepala desa Temajuk.

Selama di penginapan rumah warga merupakan kesempatan bagi pengunjung untuk bertanya panjang lebar tentang kehidupan masyarakat perbatasan.
Masyarakat perbatasan Temajuk sangat menggantungkan hidup bertani dan nelayan. Dua bidang itu adalah sumber mata pencaharian selama ini, karena desa Temajuk memiliki hamparan lahan dan laut yang luas.

Ada yang menarik lagi di desa Temajuk. Ini karunia sang pencipta memberikan masyarakat Temajuk berbagai kelimpahan sumber dayanya, sebagai jasa kepada masyarakat Temajuk yang sudah berjasa menjaga sumber daya alam yang ada.
Salah satunya adalah kemunculan binatang laut yakni ubur – ubur di laut Temajuk. Biota laut itu muncul setahun sekali, yakni pada Maret sampai April.
Kejadian ini mirip dengan di kawasan pantai Selatan pulau Lombok. Dimana setiap tahunnya, masyarakat turun ke pantai untuk berburu cacing “ nyale” atau cacing laut yang bisa dikomsumsi, dengan berbagai khasiatnya.

Bagi masyarakat lombok, kehadiran cacing nyale adalah motos tubuh putri Mandalika di sepanjang pantai Selatan Lombok. Ia seorang wanita cantik penuh kebijaksanaan yang dipercaya jiwanya masih berdiam di kawasan pantai Selatan pulau Lombok. Kehadiran sang putri disambut setiap tahun dalam bentuk tradisi “Bau Nyale” (Bahasa sasak berarti dapat menyala).

Nah, di desa Temajuk sendiri, pada bulan itu Maret- April, juga mirip dengan kebiasaan masyarakat Lombok. Hampir setengah warga Temajuk memutuskan berburu ubur- ubur di tepian laut mengunakan perahu motor. Ubur-ubur termasuk salah satu hewan lunak yang tidak bertulang belakang hewan ini sering di jumpai di di laut. Cara mengambilnya pun cukup mudah. Pagi hingga sore hari ubur- ubur menampakkan diri di dasar laut, terlihat mengapung.

Jadi si pemburu cukup menyisir laut, jika ubur ubur sudah terlihat , cukup mengambilnya dengan cara menyauk dengan mengunakan tanggukan terbuat dari rajutan jaring tali senar. Satu hari, satu perhau motor bisa mendapatkan ubur- ubur sedikitnya 150-500 ekor. Satu ekor ubur- ubur beratnya sekitar 1,5 kilogram, di jual ke penampung per ekor seharga Rp 2.500.
Setelah hasil tangkapan ubur- ubur tadi langsung di jual kepada pemilik kilang ubur- ubur. Kilang ini berfungsi sebagai tempat pembersihan dan pengawetan ubur – ubur, sebelum dilempar ke pasaran.

Di desa Temajuk terdapat depalan belas kilang ubur- ubur. Pengusahanya dari penduduk lokal. Salah satunya adalah kepala desa Temajuk, Mulyadi, juga memiliki kilang ubur- ubur.

Mulyadi berkata, keberadaan kilang ubur- ubur baru sudah ada sejak delapan tahun lalu. Awalnya ada alah satu pengusaha dari Pontianak menawarkan kerjasama kepada masyarakat Temajuk untuk menampung ubur- ubur dalam jumlah bersar, kemudian dijual kepada pengusaha tersebut.

Pengusaha itu melihat bisni ubur-ubur sangat menjanjikan dan banyak permintaan di negara luar, seperti Jepang, Cina, Korea, Malaysia dan lainnya.

Dana pembangunan kilang ubur- ubur dibiayai oleh pengusaha, begitu juga dengan perahu motor sebagai kendaraan untuk menangkap ubur- ubur di laut.
Padahal dulu sebelum prospek bisnis ini menjanjikan, ubur- ubur hanya binatang laut yang tidak memiliki harga.

“Jadi banyak nelayan sekitar membiarkan ubur- ubur tetap mengapung di laut, “ kata Mulyadi.
Satu kilang biasanya memperkerjakan sekitar 15 karyawan, mulai dari pengangkutan ubur-ubur dari perahu motor, membersihkan ubur- ubur, hingga pengawetan.
Untuk pengangkutan ubur- ubur bisanya dilakukan oleh warga laki- laki, dengan mengangkut keranjang ubur-ubur hasil tangkapan di laut. Sementara kaum perempuannya juga kebagian peran, bertugas mencuci ubur- ubur dengan air bersih sebelum dilakukan proses pengawetan.

Upah yang didapat pekerja di kilang pun bervariasi. Pekerja yang membawa keranjang berisikan ubur – ubur dari perahu motor ke kilang mendapat upah Rp 300, karena jarak pikul tidak terlalu jauh dari kilang. Begitu juga dengan ibu - ibu yang bertugas sebagai pembersih ubur- ubur, mendapat upah Rp 500 per ekor.
Sementara untuk pengawetan, kata Mulyadi, ubur – ubur di tampung di dalam bak beralas terpal, kemudian direndam dengan air garam. Itu dilakukan secara berulang kal, agar ubur- ubur tetap awet dan tidak busuk, sebelum pembeli dari Pontianak datang mengambil ubur- ubur dari kilang.

Satu kilang ubur- ubur pada musim panen bisa mencapai 2-4 ton ubur- ubur. Satu ton ubur-ubur di jual ke agen di Pontianak Rp 15 juta. Dari Pontianak ubur- ubur langsung di ekspor ke luar negeri, seperti Cina, Japan, Korea, Malaysia, dan negara tujuan lainnya.

Setelah diolah secara khusus, ubur-ubur dapat dijadikan menu utama bernilai tinggi. Di restoran besar, khususnya yang menyajikan masakan China, menu berbahan baku ubur-ubur kerap dicari pelanggan.

Ubur-ubur yang telah dikeringkan juga bisa dijadikan camilan lezat. Ini biasa dijumpai di mal-mal di Jepang, tergantung ukuran kemasan. Camilan ini sangat digemari para remaja di Jepang.

Rasanya enak, sama sekali tak berbau anyir, mengandung protein hewani yang tinggi.
Menurut cerita dari agen, ubur- ubur yang di ekspor ke luar negeri untuk diolah menjadi alat kosmetik kecantikan. Selain itu, ubur- ubur juga dijadikan hidangan makanan karena kaya kandungan kalsium, yudium,dan protein, baik untuk kesehatan, dibanding jenis ikan laut.

Bagi masyarakat Temajuk, ubur- ubur juga biasa disantap untuk hidangan makan. “Paling nikmat dijadikan pecal atau rujak, “ kata Mulyadi.
Caranya, ubur- ubur terlebih dahulu direbus, lalu dipotong kecil- kecil, kemudian langsung dicamur aduk dengan bumbu pecal atau rujak.
“Jika disantap ramai- ramai, rasanya, maknyusss,” kata Mulyadi menirukan iklan di televisi.

Itulah salah satu daya tarik dari pantai Temajuk, pantai perbatasan beranda negara, menyimpan kekayaan alam yang tak ternilai. Salah satunya adalah perkembanganbiakan ubur- ubur dalam jumlah banyak, tidak didapat oleh pantai manapun.
Tapi sayang, ubur- ubur Temajuk tidak masuk dalam incam pendapatan asli daerah Sambas, karena pemerintah kabupaten Sambas belum melirik peluang usaha ini
Terlepas dari itu semua, masyarakat perbatasan Temajuk sangat menikmati hidup di sana,meskipun terisolir. Dan selalu tetap menjaga agar lingkungan laut Temajuk tidak tercemar dari orang- orang bertangan jahil yang ingin merusak lingkungan Temajuk hanya untuk keuntungan sesaat.
Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "Berburu Ubur- Ubur di Pantai Terpanjang di Indoneisa"

Posting Komentar